Kekayaan plasma nutfah asli Sumatra Barat ini dikenal sangat unik. Meski dipakai sebagai ikon untuk Kabupaten Solok West Sumatra namun keberadaan ayam jenis ini kini terancam punah atau kritis yang dikatagorikan ke dalam critically endangered. Untuk bisa dikatagorikan aman dari kepunahan minimal jumlah populasi harus mencapai 4000 namun kini populasi kurang dari 1000. Derah endemik ayam jenis ini mestinya di Kecamatan Tigo Lurah Dan juga di Payung Sikaki namun disana sayangnya kini hampir tidak ada yang membudidayakan untuk melestarikan ayam jenis ini. Yang memelihara sih masih banyak namun untuk menjaga kepunahannya khan tidak sekedar memelihara namun mesti membudidayakan supaya kemurnian dan pupulasinya terjaga.
Ayam jantan yang bersuara merdu ini di Sumatra Barat dikenal sebagai AYAM KUKUAK BALENGGEK atau bisa diartikan sebagai ayam yang bisa berkokok bertingkat tingkat suaranya. Semakin tinggi tingkat berkokoknya maka harganya juga akan semakin mahal. Ayam ini berbeda dengan ayam ketawa atau ayam bekisar lhoh karena kokoknya unik bisa bertingkat 3 sampai belasan. Yang pernah ada paling tinggi kokoknya sampai tingkat 25.... unik banget khan. Jenis ayam ini juga banyak banget sampai 28 jenis. Penamaan ayam jenis ini ditentukan oleh warna bulu, warna kaki, warna jengger, warna mata, adanya jambul, adanya kucir, adanya brewok dan masih banyak lagi.
Ayam jenis ini sering dilombakan di Sumbar, Riau, Jambi dan tempat lain dengan hadiah jutaan rupiah. Sekali lomba bisa diikuti ratusan ayam jantan yang ditenggerkan di tiang berjejer jejer unik banget. Mereka ramai ramai berkokok bersahut sahutan meriah dan merdu banget... keren lah ... sueeeerrr keren banget.
Di Kampung Jawa, Ampang Kualo, Kota Solok ada tempat untuk pembibitan ayam jenis ini yang dikelola secara mandiri oleh penduduk setempat. Pak Nardi punya upaya untuk melestarikan ayam jenis ini. Upaya beliau patut kita dukung dan kita bantu supaya ayam asli Sumbar tidak punah dan tetap lestari keberadaannya ........
0 comments:
Post a Comment