Kunjungan Wisata managed by Mustafa Noer.

Friday, November 23, 2018

DADIAH : THE TRADITIONAL YOGHURT FROM WEST SUMATRA

       Kalau membahas kuliner Minangkabau rasa rasanya tak akan ada habis habisnya yha. Kali ini kita perkenalkan dadiah yang merupakan produk olahan susu fermentasi yang khas dari Sumatera Barat. Rasa, texture, warna dan aromanya mirip banget dengan yoghurt yang biasa kita makan tuh. Tapiiii ... tentu saja ada perbedaannya lah.

       Kalau yoghurt merupakan produk olahan susu yang tetbuat dari susu sapi tetapi kalau dadiah terbuat dari SUSU KERBAU ... naaaahhhh unik khan. Selain itu pada pembuatan dadiah tidak diperlukan starter mikroorganisma tetapi fermentasi yang terjadi secara alamiah. Biasanya pada pengolahan yoghurt khan ditambah starter bakteri lactobaccillus yha untuk proses fermentasinya. Kalau pada dadiah murni fermentasi secara natural. Membuatnyapun cukup mudah, susu kerbau setelah diperah kita saring dan dimasukkan ke dalam bubuh bambu. Kemudian kita tutup dengan daun waru dan daun pisang. Tunggu dua hari jadilah dadiah yang siap untuk kita santap. Gampang yha guys. Dadiah ini sangat menyehatkan karena bisa menjaga keseimbangan bakteri yang ada di pencernakan kita atau flora normal usus. 

       Untuk menyantapnya, bisa langsung kita makan atau bisa juga supaya lebih lezat dimakan bersama emping ketan, parutan kelapa muda dan gula merah cair ... waooooowww yumyyyy! Kadang malah  dimakan bersama nasi setelah dicampur dengan bawang merah, cabe dan garam. Emping
 ketan sebelum dihidangkan disiram dulu pakai air panas atau bisa juga direndam pakai air dingin supaya lunak. Dadiah banyak dibuat masyarakat minang di dataran tinggi seperti Bukittinggi' Agam, Batusangkar, Solok dan Payakumbuh yang kita kenal dengan daerah Luhak Nan Tigo. Kuliner ini sangat lezat dan bergizi dan patut kita lestarikan bersama ... mariiiiiiii.....
Share:

Saturday, November 17, 2018

VAN DER CAPELLEN TRADITIONAL MARKET, BATUSANGKAR, WEST SUMATRA

       Years have passed since the Dutch colonialsm in Indonesia ended. But still, you can find many Dutch historical site around you,  which has become a travel destination in saveral places. One of them is Fort Van der Capellen that located in Batusangkar, West Sumatra.

       Standing majestically in Baringin, Limo Kaum, Tanah Datar Regency West Sumatra, Fort van Der Capellen has become a silent witness to the history of Paderi War from 1803 until 1838. The name it self was taken from Godert Alexander Gerald Philip Baron Van der Capellen who used to be Governor-General of the Dutch East Indies. Having said that, the level of public awareness of this place still low, unlike his "brother" Fort de Kock which is always crowded. But the presence of Van der Capellen Traditional Market is stealing the spotlight and has succeeeded in creating hype not only by local people but also social media, which invites wider people to come.

       One of the uniqueness of Van der Capellen Traditional Market is that each guest has the oportunity to take a pictures in ancient shades, using the traditional Minangkabau costumes, remembering you to the moment of old tradition in West Sumatra.  There are also traditional music behind which add to the "Minang" vibes here and will certainly make you dive into the authentically of "Minang".

     The presence of various Tanah Datar cuisine has made this place even better. With option like Lamang Tapai, Nasi Padeh Simabua, Bika, Kue Talam, Katupek Pitalah, Nira Talua, Karupuak Pitalah etc there's something for everyone. Every serving is full of flavour and perfect all for kinds of hanger pangs.

       Since the first day it opened, Van der Capellen Traditional market has always been filled with the guest. Especially for those who seek for an instagramable moment, this place will surely dazzle your social media. This Traditional Market is only held every Sunday from 7am until 12pm. With all the coollness and uniqueness of this place, Van der Capellen Traditional Market definitly deserves a chance to be visited whenever you come to West Sumatra ......
Share:

Friday, November 16, 2018

CHILI FIELDS, ALAHAN PANJANG, WEST SUMATRA

Share:

Tuesday, November 13, 2018

FORT VAN DER CAPELLEN, BATUSANGKAR WEST SUMATRA

       Benteng pertahanan yang ada di Batusangkar ini dibangun oleh Belanda pada abad XVIII atau sekitar tahun 1821. Dibangunnya benteng ini sebagai pertahanan untuk melawan pasukan Tuanku Imam Bonjol pada Perang Paderi yang lalu. Tempatnya yang strategis dengan pemandangan yang sangat indah namun popularitasnya kalah jauh dibandingkan dengan Istana Pagaruyung meski kedua tempat ini berjarak cukup dekat.

       Berawal dari kepulangan tiga ulama Minangkabau dari ibadah haji ke Mekah, mereka resah melihat dengan mata kepala dan mata hati kebiasaan masyarakat Minangkabau pada saat itu yang tidak sesuai dengan syariat islam seperti berjudi, minum minuman keras, menyabung ayam dll. Hal hal yang menyimpang itu ingin beliau beliau luruskan. Tentunya awalnya dengan cara persuatif tidak langsung berperang. Namun .... Kaum adat menolak dan masih ingin mempertahankan adat istiadat mereka. Akhirnya terjadilah perang terbuka antara Kaum Adat dan Kaum Paderi. Alhamdulillah peperangan dimenangkan oleh Kaum Paderi. Namun ... Kaum Adat tidak mau menyerah begitu saja tetapi malah minta bantuan Penjajah Belanda untuk menghadapi Kaum Paderi. Tentunya dengan senang hati Belanda menyanggupi, khan sekalian untuk menjalankan politik devide et impera... mengadu domba dan memecah belah masyarakat Minangkabau pada saat itu. Untuk itu dibangunlah benteng pertahanan di Batusangkar yang saat itu bernama Van der Capellen.  Kaum Paderi kewalahan menghadapi pasukan Kaum Adat yang dibantu oleh Belanda dengan peralatan tempur yang cukup lengkap dan akhirnya kalah. Pimpinan pasukan Paderi Tuanku Imam Bonjol tertangkap dan diasingkan di Minahasa sampai meninggal disana.

       Perang Paderi pada abad XVIII di Minangkabau bisa loh dipakai sebagai bahan pembelajaran bagi kita. Sering kita tidak menyadari kalau sdang diadu domba dan dipecah belah oleh kekuatan tersembunyi. Diprovokasi, dipanasi, difitnah terus langsung pada semangat 45 mau berperang ke medan laga padahal nggak sadar kalau lagi diadu domba. Lha provokatornya yang dibelakang layar khan pada tepuk tangan kegirangan lah. ... Naaaahhhh sejarah selain kita mengingat kejadian kejadian masa lampau tetapi yang lebih penting bisa mengambil hikmah pembelajaran yang ada di dalamnya. Salah satu sumber pembelajaran yha  Perang Paderi antara Kaum Ulama dan Kaum  Adat di Minangkabau ini ..... Mareeeeee
Share:

Monday, November 12, 2018

RENDANG BELUT : THE SIGNATURE DISH FROM BATUSANGKAR WEST SUMATRA

       Belut dimasak rendang? Emangnya bisa? Apa nggak hancur lebur dimasak berjam-jam diatas tungku? Yheeeee belum pada tahu yha kalau rendang belut tuh masakan khas Batusangkar yang terkenal sangat lezat. Rasanya juga sangat unik... Asam, pedas, gurih, kaya rasa yang sangat memanjakan lidah siapapun yang memakannya... Eksotik banget lah. Pertama kali merasakan rendang belut ini emang emang rada rada aneh dan agak terkejut karena emang rasanya berbeda dengan rasa rendang yang ada di memori kepala kita. Yhaaahhh... Memang bumbu bumbu rendang belut berbeda dengan rendang daging. Selain bumbu bumbu standart untuk memasak rendang ini ada penambahan daun daun yang membuat rasa rendang ini jadi berbeza seperti daun kedondong, daun belimbing, daun kusambi, daun ayang ayang, daun surian, daun palem palem dll yang memberi rasa khas pada rendang jenis ini. Apalagi ditambah dengan ketumbar muda yang masih hijau yang menambah rasa eksotik rendang belut. Ada nuansa rasa masakan Thailand sepertinya lah.

       Rendang belut ini dihidangkan pada hari hari istimewa saja misalnya pas pesta pernikahan, hari raya, tukar tando atau tukar cincin, batagak penghulu atau upacara pengangkatan datuk dll.  Cara memasaknya, belut yang sebesar telunjuk setelah isi perutnya dibersihkan dipotong potong dan dibakar diatas arang batok kelapa untu menghilangkan lendirnya. Setelah  itu dicampur dengan jeruk nipis, bawang putih dan garam kemudian digoreng selayang nggak sampai kering. Supaya lezat menggorengnya pakai minyak samba  yang merupakan minyak hasil memasak rendang. Khan kalau masak rendang, setelah kering rendang kita tiriskan dan minyaknya
menetes ke bawah... Naaaahhh itulah minyak samba yang aromanya lezat menggoda.

       Seperti halnya masak rendang yang lain, rendang belut juga pakai santan kelapa. Untuk sekilo belut perlu 4 butir kelapa dibuat santan kental. Santan dipanaskan diatas api dan bumbu rendang yang standart dimasukkan kedalamnya sambil diaduk aduk pelan supaya santannya tidak pecah. Kemuadian daun daun untuk rendang yang sudah dipotong potong dimasukkan secara bertahap. Masukkan juga ketumbar muda yang sudah ditumbuk halus. Kalau santannya udah agak mengental baru dimasukkan belutnya sambil tus diaduk asuk pelan dan apinya dikecilkan. Untuk masak rendang belut ini akan lebih lezat jika menggunakan kayu bakar karena asap,yang dihasilkan akan memberikan aroma  dan rasa yang lebih eksotik. Untuk memasak rendang ini sebaiknya apinya kecil saja supaya bumbunya bisa lebih meresap ke dalam daging dan mencegah oksidasi minyak yang ada. Kalau rendang udah kering, siap dihidangkan dengan nasi hangat hangat yang akan menghabiskan nasi sebakul saking lezatnya .....
Share:

Sunday, November 11, 2018

THE WEST SUMATRA MELODIOUS ROOSTER IDOL

Hi guys, dont miss the moment our next event at Taratak Baru Alahan Panjang West Sumatra. What is the special event? Yheeeee ...  Melodious Rooster Chanpionship for next November, 24 off course. Come on joint guys
Share:

Monday, November 5, 2018

AYAM KUKUAK BALENGGEK SUDAH DITETAPKAN MENTERI PERTANIAN SEBAGAI KEKAYAAN PLASMA NUTFAH ASLI INDONESIA

Berdasarkan surat keputusan Mentan nomer 2919/kpts/OT.140/6/2011 ayam kukuak balenggek yang berasal dari Sumatra Barat ditetapkan sebagai plasma nutfah asli Indonesia....
Share:

Thursday, November 1, 2018

AYAM KUKUAK BALENGGEK : THE MELODIOUS ROOSTER FROM WEST SUMATRA

       Kekayaan plasma nutfah asli Sumatra Barat ini dikenal sangat unik. Meski dipakai sebagai ikon untuk Kabupaten Solok West Sumatra namun keberadaan ayam jenis ini kini terancam punah atau kritis yang dikatagorikan ke dalam   critically endangered. Untuk bisa dikatagorikan aman dari kepunahan minimal jumlah populasi harus mencapai 4000 namun kini populasi kurang dari 1000.  Derah endemik ayam jenis ini mestinya di Kecamatan Tigo Lurah Dan juga di Payung Sikaki namun disana sayangnya kini hampir tidak ada yang membudidayakan untuk melestarikan ayam jenis ini. Yang memelihara sih masih banyak namun untuk menjaga kepunahannya khan tidak sekedar memelihara namun mesti membudidayakan supaya kemurnian dan pupulasinya terjaga.

       Ayam jantan yang bersuara merdu ini di Sumatra Barat dikenal sebagai AYAM KUKUAK BALENGGEK  atau bisa diartikan sebagai ayam yang bisa berkokok bertingkat tingkat suaranya. Semakin tinggi tingkat berkokoknya maka harganya juga akan semakin mahal. Ayam ini berbeda dengan ayam ketawa atau ayam bekisar lhoh karena kokoknya unik bisa bertingkat 3 sampai belasan. Yang pernah ada paling tinggi kokoknya sampai tingkat 25.... unik banget khan. Jenis ayam ini juga banyak banget sampai 28 jenis. Penamaan ayam jenis ini ditentukan oleh warna bulu, warna kaki, warna jengger, warna mata, adanya  jambul, adanya kucir, adanya brewok dan masih banyak lagi.
 
       Ayam jenis ini sering dilombakan di Sumbar, Riau, Jambi  dan tempat lain dengan hadiah jutaan rupiah. Sekali lomba bisa diikuti ratusan ayam jantan yang ditenggerkan di tiang berjejer jejer unik banget. Mereka ramai ramai berkokok bersahut sahutan meriah dan merdu banget... keren lah ... sueeeerrr keren banget.

       Di Kampung Jawa, Ampang Kualo, Kota Solok ada tempat untuk pembibitan ayam jenis ini yang dikelola secara mandiri oleh penduduk setempat. Pak Nardi punya upaya untuk melestarikan ayam jenis ini. Upaya beliau patut kita dukung dan kita bantu supaya ayam asli Sumbar tidak punah dan tetap lestari keberadaannya ........
Share:

BATU BASUREK WATERFALL, WEST SUMATRA

       Konon... ceriteranya ... menurun tambo turun temurun ... syahdan ... Pada suatu hari di waktu
yang lalu. Ada sebuah batu yang bertuliskan aksara di permukaannya. Namun ... batu itu bersifat gaib. Kalau kita melihatnya ntar kalau kita mau melihatnlagi dengan lebih seksama batu itu ternyata sudah menghilang. Penduduk tempat batu tersebut berada sudah beberapa kali membuktikan. Sewaktu mereka pergi ke hutan atau ke ladang mereka melihat batu itu dan diberi tanda. Namuuuunnn ... sewaktu pulang mau dilihat lagi ternyata batu itu sudah menghilang entah kemana....

       Di lokasi batu bersurat atau prasasti berada, ada sebuah air terjun yang sangat indah dan dinamakan Air Terjun Batu Basurek yang berlokasi di Ladang Rimbo, Kecamatan Sungai Geringging, West Sumatra. Untuk menuju kesana kita mesti tracking melewati ladang dan hutan rimba yang masih asri dan menghijau. Juga akan melewati padang rumput tempat babi hutan menggembalakan anak anaknya, cucu cucunya dan cicirnya. Babi hutan sebesar kerbau berjalan diiringi oleh serombongan babi babi nampaknya mereka sekeluarga. Juga akan kedengaran kokok ayam hutan yang unik, suara monyet dan burung yang menambah nuansa alam semakin waooowww. Tracking dari tempat parkir ke lokasi air terjun hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit jalan santai.

       Konon, air terjun ini airnya berkasiat menyembuhkan segala macam penyakit dan bisa bikin  bikin awet muda.... Hihihihihihi ... tentunya bagi yang percaya yha. Tracking ke sana yuk bareng kami ntar bisa digabung dengan tracking ke montain view atau jenjang seribu dan  Air Terjun Baburai Indah yang lokasinya nggak terlalu jauh dari Ladang Rimbo. Gampang kok caranya tinggal ngontak nomer dibawah ini :
             Facebook       : Mustafa Noer
             Instagram.      : Mustafa.noer
             WA/call/sms.  : 08126611889
Share:

Alih Bahasa

Laporan Wisata

Label